Sekolah dasar membangun karakter awal, memberi warna dasar, guru dicontoh, bukan dimengerti, siswa diajari, bukan dihajar. Pintar haruslah bijak, berbuat tidak selalu berkata, Pendidikan adalah jiwa, pelajaran adalah bekal. Nilai bukanlah ujian, faham adalah tujuan. Enam tabiat luhur dasar kehidupan: rukun, kompak, kerjasama yang baik, jujur, amanah, sederhana.

29 April 2007

PENTAS SENI "SD TETANGGA"

Beginilah kendalanya jika punya blog, tapi tidak punya kamera digital. Saat ada acara yang bisa diliput, hanya bisa cerita dengan kata. Tidak ada visual yang bisa disuguhkan. Maklum, saya cuma guru SD dari kalangan terbawah. Bukan seperti "SD Tetangga".
Ya, Sabtu 28 April lalu 'SD Tetangga' yang satu komplek mengadakan PENTAS SENI 19. Angka dilabel undangan tidak disebut sebagai no SD, tetapi disebut undangan tsb 'dari SD TETANGGA'.
SD kami (SDTT 17) ditawari menyumbangkan satu sesi acara. Setelah ditawarkan pada murid-murid, mereka menyanggupi mengisi dengan "LAWAK'. Mungkin mestinya lebih cocok kalau kami pakai label "LENONG" supaya ada kaitan dengan pelajaran Kesenian Jakarta. Tapi tak apa lah. Sudah bagus mereka bisa menunjukkan satu kebolehan, padahal tidak ada dukungan dana dan fasilitas dari sekolah maupun komite . Sekali lagi maklum, SD kami cuma dari kalangan bawah. Sulit kalau harus membuat kegiatan yang membutuhkan dana banyak. Sedangkan biaya sekolah GRATIS saja, masih ada murid yang malas sekolah, masih ada orangtua yang kurang perhatian pada kondisi anaknya.
PENTAS SENI ini benar-benar megah buat saya. Panggungnya memenuhi lebar lapangan olah  raga kompleks sekolah. Ada seperangakat gamelan, sebuah keyboard (orgen tunggal , kata anak-anak muridku) dan audio system panggung.
Atraksi yang ditampilkan pun semegah 17-an yang dibuat di RW lingkungan menengah. Jadi bagi kami, SDTT 17,  rasanya seperti berada diundangan hajatan orang kaya daripada sebagai bagian dari suatu penyelenggara acara. Ya memang kami hanya undangan. Undangan Pentas Seni 'SD TETANGGA'.

Sementara saya sendiri malah sibuk sendiri, karena terlanjur mengambil satu stand di pinggir lapangan. Jualan busana dari MLM SAVERO. Sebenarnya yang mengisi stand adalah teman yang jadi Dealer Utama. Saya hanya bantu pemasaran. 
Sayangnya yang membeli ternyata bukan pengunjung dari SD TETANGGA, tapi teman-teman guru sendiri. Kebetulan baru saja mereka terima uang rapel TPP 3 bulan, besarnya sangat lumayan, 4,5 juta -potong pajak 15%, jadi sekitar 3,8 jt-. Jadi mereka bagi rezeki ke saya yang bukan PNS dengan membeli produk SAVERO.
Sementara orangtua murid SD TETANGGA yang tampak necis dan berada ternyata tidak tertarik menawar dagangan saya. Apa mungkin dianggap produk kaki lima? Semoga saja bukan begitu. Mungkin karena sibuk menyiapkan anak-anaknya untuk tampil dipanggung.

Bagaimanapun, sukses buat SD TETANGGA. Dan saya hanya bermimpi sementara ini. Bagaimana SDTT 17 bisa mengadakan kegiatan seperti ini?

23 April 2007

Mencari 200 ribu potong PPH

Hari ini baru saja saya menyelesaikan pengisian Form Usulan Guru Calon Penerima Subsidi Peningkatan Kualifikasi dan Form Usulan Tunjangan Fungsional Guru Non-PNS. Walaupun itu sebenarnya bukan wewenang saya, tapi ibu Kep.Sek meminta bantuan saya untuk mengisi form tersebut.
Sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, walau form dibuat dalam MsExcel yang tidak saya pahami , tetapi dengan bantuan bapaknya anak-anak semua bisa selesai.
Dari pengalaman ini , sangat terasa kebutuhan pengetahuan menggunakan paket Office untuk menyelesaikan tugas administratif.. Sehingga ketika berhadapan dengan prosedur administrasi yang memakai form    digital,tidak perlu meminta pertolongan  semua kerabat yang bisa komputer  agar dapat menyelesaikan tugas tersebut. alangkah hebatnya jika Dinas Pendidikan meningkatkan kemampuan adminstrasi para Kep.Sek dan guru dengan keterampilan komputer dulu, baru dibuatlah sistem komputerisasi dengan format isian digital.
Saat ini, tidak dapat dipungkiri, jangankan mengisi form digital, sedangkan untuk membuka filenya saja banyak Kepala SD maupun guru yang tidak bisa melakukannya. Bahkan tidak terkecuali guru-guru muda keluaran PGSD maupun STKIP yang memang jarang menggunakan komputer dalam kesehariannya.
Namun demi mendapatkan 200 ribu perbulan potong pajak PPH, maka semua ketidak tahuan harus ditembus. Apalagi bila Usulan subsidi untuk peningkatan kualifikasi alias beasiswa bisa terkabulkan. InsyaAlloh kursus komputer lagi pun akan ditempuh.
Semoga saja semua bisa berjalan baik. Aamiin ya Robbal 'alamiin.

17 April 2007

Murid kelas V pertamaku


beginilah desain gambar kaos kelas yang dibuat . Ya memang muridku cuma ada 8 orang, dan semuanya perempuan. Sekarang mereka semua sudah duduk di SMP. Salah satunya di SMP PGRI yang menempati gedung sekolah ini juga pada siang hari. jadi masih sering bertemu dan menyalami serta mencium tangan saya. Semoga saja mereka berlaku sama pada ibu mereka, bahkan seharusnya lebih dari itu.

08 April 2007

Outing ke Museum Proklamasi



Ini adalah saat pertama saya mengajak anak didik belajar tentang mengunjungi museum. Kami berangkat menggunakan kendaraan pinjaman dari orang tua murid dan mobil mertua saya. Kebetulan mertua saya bekas kepala sekolah disekolah ini. Jadi tahu persis kemampuan orang tua muridnya. Sehingga biaya yang dikeluarkan bisa diminimalkan.
Dengan berpakaian olahraga, mereka tetap ceria. 
Dan yang jelas memudahkan saya membedakan dengan anak lainnya.
Karcis masuk mereka beli sendiri, artinya mereka belajar tertib antri. Dan mereka belajar berhitung berapa uang yang terpakai untuk kegiatan tsb.
Sayangnya, sesampainya di museum Proklamasi, kami hanya bisa melihat lokasi pembacaan Proklamasi. Sedangkan museumnya sendiri ternyata ditutup pada hari Sabtu. Hal yang terlewatkan saat merencanakan perjalanan. Ya maklum, tidak pakai panitia, yang ada hanya gotong royong untuk menyiapkan transportasi dan snack. Makan siang bawa sendiri-sendiri.
Bahkan untuk dokumentasipun terpaksa pakai kamera digital milik kantor suami.
Selanjutnya kami ke Planetarium di Taman Ismail Marzuki. Ini yang jadi pengalaman menarik buat mereka.
Yang pakai jilbab ditengah itu adalah anak saya. Biasa kan, kalau bu guru jalan-jalan, maka anaknya juga ikutan, bahkan suami juga ikut, nyopiri dan motret.

07 April 2007

Kenapa anda 'kesasar' kesini?

Pertanyaan yang mengenaskan ketika ada seorang ibu akan mendaftarkan anaknya untuk bersekolah. Yang melemparkan pertanyaan adalah orang tua murid dari salah satu sekolah dasar yang berada dikomplek SD "Empang", ditujukan kepada ibu tadi karena mendaftarkan anaknya di SDN Tebet Timur 17 Pagi.
Tanya Kenapa?
Ya, tanya kenapa? karena SD Tebet Timur 17 Pagi dianggap SD yang paling rendah 'grade'nya dibanding sekolah lain di komplek SD Empang. Di komplek ini terdiri dari SDN 17, SDN 18, SDN 19 dan SDN 20. Tiga sekolah lainnya memiliki rata-rata peserta didik dari kalangan yang ada, dengan ditunjukkan pada fasilitas yang dimiliki, kemampuan orang tua murid, dan tentunya 'uang sekolah'nya.
Setiap tahun ajaran baru, sejak saya kenal sekolah ini, bila SD lain dengan membebankan orangtua calon murid dengan kewajiban sumbangan, mereka masih tetap mendaftar. Sedangkan di SD 17, dengan membebaskan uang pendaftaran sekalipun, yang mendaftar paling sedikit, dan itu kebanyakan dari golongan orang tua yang sederhana. Hingga saat inipun, orangtua dari murid di SD ini tidak lebih dari 10% yang berpendidikan sarjana.
Apakah memang pendidikan bagus berbanding lurus dengan keberadaan orang tua anak didik?
Pertanyaan ini mungkin ada benarnya, tapi pasti tidak benar berbanding lurus. 
Bagi saya seorang guru, keadaan ini memang harus diubah. Tapi bagaimana?
Bisakah pembaca memberi masukan?